Mohon dijelaskan makna dan bagaimana memahami Pekan Suci?
Pekan suci merupakan saat saat agung bagaimana Gereja merayakan misteri-misteri keselamatan yang dua ribu tahun yang lalu dijalankan oleh Tuhan Yesus di masa akhir hidupNya dalam menjalankan kehendak BapaNya. Peristiwa-peristiwa dalam masa Pekan Suci ini memiliki kekhasan masing-masing namun harus dipandang dan dihayati secara utuh sebagai satu kesatuan karya keselamatan Allah oleh Yesus Kristus dalam Roh Kudus.
Didalam perayaan Minggu Palma yang membuka Pekan Suci, umat menggunakan daun palem untuk mengenang masuknya Yesus ke Yerusalem.
a. Bila melihat ke belakang, mengapa waktu itu orang mengelu-elukan Yesus bagai seorang Raja dan bagaimana impementasinya di zaman sekarang ini?
Mengapa orang-orang mengelu-elukan Yesus pada waktu itu adalah sebuah konsekuensi logis dari figur Yesus yang saat itu memang tampil dikagumi dan dirindukan orang banyak ketika itu. Bagaimana Ia memberikan pengajaran yang penuh wibawa, bagaimana tindakannya yang penuh kasih dan pengampun. Implementasi pada jaman ini dari sisi imani adalah bagaimana kita umat beriman ini menyambut dengan gempita dan syukur pribadi Sang Raja Ilahi ke dalam hidup dan hati kita. Sedangkan dari sisi hidup komunal adalah bagaimana rakyat mendambakan seorang figur penuh wibawa yang dapat menjadi pelindung dan panutan bagi banyak orang. Kita bisa melihat masa-masa ini bagaimana figur yang sederhana, namun penuh dedikasi penuh hati, begitu dikagumi dan ingin dijadikan pemimpin tertinggi di negeri ini.
b. Mohon dijelaskan makna liturgis penggunaan daun palma, dan apakah hal tersebut termasuk tradisi Gereja?
Dalam Injil ada banyak versi kisah tentang peristiwa Yesus dielu-elukan oleh khalayak ramai ini. Dalam injil sinoptik (Mat-Mrk-Lukas) sebenarnya tidak dituliskan secara khusus pemakaian daun palma ini, akan tetapi hanya digambarkan dengan ranting-ranting pohon hijau (Versi Mrk) yang disebarkan di jalan, bukan dipegang dan dilambaikan, juga pakaian. Ada kisah lain dalam tradisi, daun-daun dan ranting Pohon Zaitun yang digunakan karena memang pohon ini banyak tumbuh di Jerusalem. Pemakaian Daun Palma ini hanya nampak dalam Injil Yohanes 12:13 dan Why 7:9-10. Jika kita mencermati konteks cerita dalam injil Yohanes dan Kitab Wahyu, akan bisa disimpulkan bahwa makna dari daun palma yaitu peristiwa Yesus dielu-elukan, disambut sebagai Raja. Daun palma yang dilambai-lambaikan merupakan tanda pujian dan kemuliaan, kemenangan dan damai. Bagaimana kerinduan khalayak ramai dipenuhi dalam kehadiran Yesus. Maka bisa dikata tradisi Minggu Palma sebenarnya muncul dari tradisi injil Yohanes dan dilanjutkan dalam tradisi Gereja merayakan Minggu Palma. Makna secara liturgis adalah menghubungkan perayaan kejayaan Kristus Raja dengan warta sengsaraNya, sehingga selain prosesi meriah Kristus sebagai Raja, juga dibacakan/dikidungkan injil tentang Kisah sengsara Tuhan.
Usai perayaan Minggu Palma, ada hari Senin, Selasa dan Rabu yang masuk di dalam rangkaian Pekan Suci.
a. Di tiga hari tersebut apa yang dilakukan Yesus waktu itu?
Injil tidak nampaknya tidak menceritakan apa yang dilakukan Yesus pada hari-hari ini, namun bila kita ingat bahwa hari-hari ini adalah hari menjelang hari raya Paskah Yahudi, maka sangat mungkin Yesus bersama para murid juga ikut dalam persiapan perayaan Paskah Yahudi ini, misalnya ubarampe perjamuan, persiapan tempat perayaan, dan lain-lain. Yesus yang semakin menyadari saat menuntaskan karya agungnya mungkin juga semakin “gencar” mempersiapkan diri, termasuk mempersiapkan para murid yang ketika itu belum memahami akan banyak hal.
b. Apa sebaiknya yang dilakukan umat di zaman sekarang ini untuk mengisi ketiga hari tersebut dan apa sebutan ketiga hari tersebut yang dipakai Gereja?
Dalam Tradisi Gereja hari-hari ini mulai dari Senin sampai dengan Kamis (sebelum Kamis Putih) dalam Pekan Suci diutamakan atas semua Hari Raya. (Pedoman Tahun Liturgi no.16.A). Untuk hari-hari biasa (Senin - Kamis) dalam pekan suci, menurut tingkat perayaannya merupakan hari raya. Maka hari-hari itu bolehlah sebut sebagai sebagai: Senin suci, Selasa suci, Rabu suci dan Kamis suci (pagi sebelum Kamis Putih). Baptis dan Penguatan, juga Misa Ritual Sakramen lainnya dan sakramentali tidak diperbolehkan pada hari-hari ini, demikian juga misa arwah dan Misa untuk berbagai keperluan. Pada hari-hari ini Gereja ikut serta dalam misteri penderitaan, sengsara dan wafat Kristus di salib, belum saatnya perayaan kebangkitan Kristus. Yang bisa dilakukan umat adalah semakin memperkuat masa persiapan agung dengan semakin ketat berdoa, berpuasa dan berpantang. Sementara untuk para Imam menjadi saat yang sangat tepat untuk mengadakan rekoleksi Imamat dan pembaharuan Janji Imamat yang biasanya dipadukan dalam Ekaristi Krisma, pemberkatan minyak-minyak suci oleh Bapa Uskup.
Di hari Kamis, umat merayakan Kamis Putih untuk mengenang Yesus yang mengadakan perjamuan terakhirnya dengan para murid.
a. Apa makna yang dapat diungkapkan dalam liturgi Kamis Putih tersebut?
Ekaristi Kamis Putih kita mengenangkan Perjamuan malam terakhir sebelum Yesus ditangkap. Persembahan Yesus atas Tubuh dan DarahNya kepada Bapa dan menyerahkan kepada para Rasul untuk disantap, serta menugaskan jabatan imamat kepada para Rasul itu. Pembasuhan kaki para rasul mengungkapkan Misteri Agung Kasih Allah tanpa batas, ajaran cinta kasih dan semangat pelayanan.
b. Kalau waktu itu Yesus membasuh kaki para murid, mengapa sekarang para imam membasuh kaki 12 orang yang disimbolkan sebagai murid Yesus waktu itu?
Itu karena Perayaan ini adalah mengenangkan. Maka apa yang dulu diperbuat Yesus atas para murid juga dibuat oleh Imam (Alter Christie) terhadap 12 orang yang dibasuh kakinya.
Hari Jumat umat merayakan Jumat Agung untuk mengenang penyaliban dan wafat Yesus di Golgota.
a. Bila ada yang mempertanyakan, mengapa Yesus tidak bisa menolong diriNya sendiri padahal Ia adalah Firman Allah yang hidup dan membuat banyak mukjizat bahkan mampu membangkitkan orang mati?
Permasalahannya saya bukanlah pada mengapa Tuhan Yesus tidak bisa menolong diriNya sendiri, namun yang sangat mendasar adalah bahwa Yesus hadir untuk melaksanakan kehendak Allah. Ia adalah Sabda Hidup, artinya apa yang Allah sabdakan mewujud secara total pada pribadi Agung ini. Seperti ketika Yesus digoda setan saya kira juga bukan masalah bisa atau tidaknya, karena untuk mengubah batu menjadi roti, terjatuhkan diri dari tempat tinggi tanpa terluka bukalah hal yang sulit bagi Tuhan Yesus. Dengan sengsara dan wafatNya menjadi perwujudan Kasih Allah yang total itu kepada manusia.
b. Bagaimana implementasi didalam kehidupan umat di zaman sekarang ini?
Implementasinya bisa ditarik dalam semangat pengurbanan demi sebuah kebaikan. Seluruh umat beriman dipanggil untuk berbuat kebaikan, meski itu membawa resiko yang tidak mudah dan sungguh berat kadangkala. Hal yang lain adalah panggilan untuk mencintai kehidupan. Bahwa Tuhan Yesus yang adalah Putra allah berani sengsara dan wafat di kayu salib demi umat manusia, maka betapa berharganya nilai kehidupan manusia. Oleh karena itu, kita pun dipanggil untuk berani mencintai dan membela kehidupan. Pembunuhan, penindasan, ketidakadilan, aborsi, masih begitu tinggi angka terjadinya di masyarakat kita. Salib adalah simbol panggilan untuk membela kehidupan.
Minggu Paskah diimani umat Kristen sebagai hari Kebangkitan Yesus. Makna apa yang dapat dipetik dari perayaan tersebut dan bagaimana implementasinya di zaman kini?
Minggu Paskah kita merayakan keadaan Yesus yang telah bangkit. Iman akan kebangkitan merupakan sebuah keyakinan atau kepastian Iman oleh karena keyakinan atas totalitas kasih Allah. Implementasinya dalam kehidupan adalah bahwa kekuatan Kasih Allah yang tanpa batas akan selalu membuat seluruh hidup manusia memiliki arti. Tidak ada hal yang layak disia-siakan, dianggap remeh, tidak disyukuri dalam hidup kita. Setiap perjuangan demi sebuah kebaikan tidak pernah sia-sia, seperti Tuhan Yesus yang sengsara, wafat, namun bangkit dengan mulia. Apapun yang menjadi kehendak dan rencana Allah tidak pernah salah. Dalam Liturgi Paskah juga saat yang baik untuk Pembaptisan, Penguatan dan Ekaristi (Caeremoniale Episcoporum 332). Ada pembaruan janji baptis disana dimana Gereja mengajak kita yang berdossa ini bersyukur karena telah diangkat menjadi putra-putriNya. Sungguh kasih Allah yang luar biasa.
Mengapa tanggal jatuhnya Minggu Paskah tidak sama setiap tahunnya? Apakah hal tersebut membuat perayaan Paskah di mata dan telinga masyarakat umum menjadi tidak familiar dan populer seperti Natal yang setiap tahun jatuh tanggal 25 Desember? Jatuhnya hari Minggu Paskah diperoleh berdasarkan perhitungan astronomi, yang telah dirumuskan dari Konsili Nicea sekitar abad III. Penentuan ini bertujuan untuk membuat agar saat pengenangan Sengsara-Wafat-Kebangkitan Yesus mendekati baik saat bulan purnama yang terjadi, musim yang sama, pada tiap tahunnya, dengan saat yan sesungguhnya dulu. Sedangkan Natal ditarik dari masa waktu melahirkan seorang wanita setelah Hari Raya Kabar Sukacita tanggal 25 Maret. Ada tradisi budaya tertentu yang diadopsi Gereja dan akhirnya ditetapkan sebagai Hari Raya Kelahiran “Sang Surya Kebenaran”. Kitab Suci berisi tentang “siapakah Yesus” daripada membicarakan kelahirannya kapan. Gereja yang satu merayakan kelahiran sang Putra pada tanggal yang sama.
a. Bila melihat ke belakang, mengapa waktu itu orang mengelu-elukan Yesus bagai seorang Raja dan bagaimana impementasinya di zaman sekarang ini?
Mengapa orang-orang mengelu-elukan Yesus pada waktu itu adalah sebuah konsekuensi logis dari figur Yesus yang saat itu memang tampil dikagumi dan dirindukan orang banyak ketika itu. Bagaimana Ia memberikan pengajaran yang penuh wibawa, bagaimana tindakannya yang penuh kasih dan pengampun. Implementasi pada jaman ini dari sisi imani adalah bagaimana kita umat beriman ini menyambut dengan gempita dan syukur pribadi Sang Raja Ilahi ke dalam hidup dan hati kita. Sedangkan dari sisi hidup komunal adalah bagaimana rakyat mendambakan seorang figur penuh wibawa yang dapat menjadi pelindung dan panutan bagi banyak orang. Kita bisa melihat masa-masa ini bagaimana figur yang sederhana, namun penuh dedikasi penuh hati, begitu dikagumi dan ingin dijadikan pemimpin tertinggi di negeri ini.
b. Mohon dijelaskan makna liturgis penggunaan daun palma, dan apakah hal tersebut termasuk tradisi Gereja?
Dalam Injil ada banyak versi kisah tentang peristiwa Yesus dielu-elukan oleh khalayak ramai ini. Dalam injil sinoptik (Mat-Mrk-Lukas) sebenarnya tidak dituliskan secara khusus pemakaian daun palma ini, akan tetapi hanya digambarkan dengan ranting-ranting pohon hijau (Versi Mrk) yang disebarkan di jalan, bukan dipegang dan dilambaikan, juga pakaian. Ada kisah lain dalam tradisi, daun-daun dan ranting Pohon Zaitun yang digunakan karena memang pohon ini banyak tumbuh di Jerusalem. Pemakaian Daun Palma ini hanya nampak dalam Injil Yohanes 12:13 dan Why 7:9-10. Jika kita mencermati konteks cerita dalam injil Yohanes dan Kitab Wahyu, akan bisa disimpulkan bahwa makna dari daun palma yaitu peristiwa Yesus dielu-elukan, disambut sebagai Raja. Daun palma yang dilambai-lambaikan merupakan tanda pujian dan kemuliaan, kemenangan dan damai. Bagaimana kerinduan khalayak ramai dipenuhi dalam kehadiran Yesus. Maka bisa dikata tradisi Minggu Palma sebenarnya muncul dari tradisi injil Yohanes dan dilanjutkan dalam tradisi Gereja merayakan Minggu Palma. Makna secara liturgis adalah menghubungkan perayaan kejayaan Kristus Raja dengan warta sengsaraNya, sehingga selain prosesi meriah Kristus sebagai Raja, juga dibacakan/dikidungkan injil tentang Kisah sengsara Tuhan.
Usai perayaan Minggu Palma, ada hari Senin, Selasa dan Rabu yang masuk di dalam rangkaian Pekan Suci.
a. Di tiga hari tersebut apa yang dilakukan Yesus waktu itu?
Injil tidak nampaknya tidak menceritakan apa yang dilakukan Yesus pada hari-hari ini, namun bila kita ingat bahwa hari-hari ini adalah hari menjelang hari raya Paskah Yahudi, maka sangat mungkin Yesus bersama para murid juga ikut dalam persiapan perayaan Paskah Yahudi ini, misalnya ubarampe perjamuan, persiapan tempat perayaan, dan lain-lain. Yesus yang semakin menyadari saat menuntaskan karya agungnya mungkin juga semakin “gencar” mempersiapkan diri, termasuk mempersiapkan para murid yang ketika itu belum memahami akan banyak hal.
b. Apa sebaiknya yang dilakukan umat di zaman sekarang ini untuk mengisi ketiga hari tersebut dan apa sebutan ketiga hari tersebut yang dipakai Gereja?
Dalam Tradisi Gereja hari-hari ini mulai dari Senin sampai dengan Kamis (sebelum Kamis Putih) dalam Pekan Suci diutamakan atas semua Hari Raya. (Pedoman Tahun Liturgi no.16.A). Untuk hari-hari biasa (Senin - Kamis) dalam pekan suci, menurut tingkat perayaannya merupakan hari raya. Maka hari-hari itu bolehlah sebut sebagai sebagai: Senin suci, Selasa suci, Rabu suci dan Kamis suci (pagi sebelum Kamis Putih). Baptis dan Penguatan, juga Misa Ritual Sakramen lainnya dan sakramentali tidak diperbolehkan pada hari-hari ini, demikian juga misa arwah dan Misa untuk berbagai keperluan. Pada hari-hari ini Gereja ikut serta dalam misteri penderitaan, sengsara dan wafat Kristus di salib, belum saatnya perayaan kebangkitan Kristus. Yang bisa dilakukan umat adalah semakin memperkuat masa persiapan agung dengan semakin ketat berdoa, berpuasa dan berpantang. Sementara untuk para Imam menjadi saat yang sangat tepat untuk mengadakan rekoleksi Imamat dan pembaharuan Janji Imamat yang biasanya dipadukan dalam Ekaristi Krisma, pemberkatan minyak-minyak suci oleh Bapa Uskup.
Di hari Kamis, umat merayakan Kamis Putih untuk mengenang Yesus yang mengadakan perjamuan terakhirnya dengan para murid.
a. Apa makna yang dapat diungkapkan dalam liturgi Kamis Putih tersebut?
Ekaristi Kamis Putih kita mengenangkan Perjamuan malam terakhir sebelum Yesus ditangkap. Persembahan Yesus atas Tubuh dan DarahNya kepada Bapa dan menyerahkan kepada para Rasul untuk disantap, serta menugaskan jabatan imamat kepada para Rasul itu. Pembasuhan kaki para rasul mengungkapkan Misteri Agung Kasih Allah tanpa batas, ajaran cinta kasih dan semangat pelayanan.
b. Kalau waktu itu Yesus membasuh kaki para murid, mengapa sekarang para imam membasuh kaki 12 orang yang disimbolkan sebagai murid Yesus waktu itu?
Itu karena Perayaan ini adalah mengenangkan. Maka apa yang dulu diperbuat Yesus atas para murid juga dibuat oleh Imam (Alter Christie) terhadap 12 orang yang dibasuh kakinya.
Hari Jumat umat merayakan Jumat Agung untuk mengenang penyaliban dan wafat Yesus di Golgota.
a. Bila ada yang mempertanyakan, mengapa Yesus tidak bisa menolong diriNya sendiri padahal Ia adalah Firman Allah yang hidup dan membuat banyak mukjizat bahkan mampu membangkitkan orang mati?
Permasalahannya saya bukanlah pada mengapa Tuhan Yesus tidak bisa menolong diriNya sendiri, namun yang sangat mendasar adalah bahwa Yesus hadir untuk melaksanakan kehendak Allah. Ia adalah Sabda Hidup, artinya apa yang Allah sabdakan mewujud secara total pada pribadi Agung ini. Seperti ketika Yesus digoda setan saya kira juga bukan masalah bisa atau tidaknya, karena untuk mengubah batu menjadi roti, terjatuhkan diri dari tempat tinggi tanpa terluka bukalah hal yang sulit bagi Tuhan Yesus. Dengan sengsara dan wafatNya menjadi perwujudan Kasih Allah yang total itu kepada manusia.
b. Bagaimana implementasi didalam kehidupan umat di zaman sekarang ini?
Implementasinya bisa ditarik dalam semangat pengurbanan demi sebuah kebaikan. Seluruh umat beriman dipanggil untuk berbuat kebaikan, meski itu membawa resiko yang tidak mudah dan sungguh berat kadangkala. Hal yang lain adalah panggilan untuk mencintai kehidupan. Bahwa Tuhan Yesus yang adalah Putra allah berani sengsara dan wafat di kayu salib demi umat manusia, maka betapa berharganya nilai kehidupan manusia. Oleh karena itu, kita pun dipanggil untuk berani mencintai dan membela kehidupan. Pembunuhan, penindasan, ketidakadilan, aborsi, masih begitu tinggi angka terjadinya di masyarakat kita. Salib adalah simbol panggilan untuk membela kehidupan.
Minggu Paskah diimani umat Kristen sebagai hari Kebangkitan Yesus. Makna apa yang dapat dipetik dari perayaan tersebut dan bagaimana implementasinya di zaman kini?
Minggu Paskah kita merayakan keadaan Yesus yang telah bangkit. Iman akan kebangkitan merupakan sebuah keyakinan atau kepastian Iman oleh karena keyakinan atas totalitas kasih Allah. Implementasinya dalam kehidupan adalah bahwa kekuatan Kasih Allah yang tanpa batas akan selalu membuat seluruh hidup manusia memiliki arti. Tidak ada hal yang layak disia-siakan, dianggap remeh, tidak disyukuri dalam hidup kita. Setiap perjuangan demi sebuah kebaikan tidak pernah sia-sia, seperti Tuhan Yesus yang sengsara, wafat, namun bangkit dengan mulia. Apapun yang menjadi kehendak dan rencana Allah tidak pernah salah. Dalam Liturgi Paskah juga saat yang baik untuk Pembaptisan, Penguatan dan Ekaristi (Caeremoniale Episcoporum 332). Ada pembaruan janji baptis disana dimana Gereja mengajak kita yang berdossa ini bersyukur karena telah diangkat menjadi putra-putriNya. Sungguh kasih Allah yang luar biasa.
Mengapa tanggal jatuhnya Minggu Paskah tidak sama setiap tahunnya? Apakah hal tersebut membuat perayaan Paskah di mata dan telinga masyarakat umum menjadi tidak familiar dan populer seperti Natal yang setiap tahun jatuh tanggal 25 Desember? Jatuhnya hari Minggu Paskah diperoleh berdasarkan perhitungan astronomi, yang telah dirumuskan dari Konsili Nicea sekitar abad III. Penentuan ini bertujuan untuk membuat agar saat pengenangan Sengsara-Wafat-Kebangkitan Yesus mendekati baik saat bulan purnama yang terjadi, musim yang sama, pada tiap tahunnya, dengan saat yan sesungguhnya dulu. Sedangkan Natal ditarik dari masa waktu melahirkan seorang wanita setelah Hari Raya Kabar Sukacita tanggal 25 Maret. Ada tradisi budaya tertentu yang diadopsi Gereja dan akhirnya ditetapkan sebagai Hari Raya Kelahiran “Sang Surya Kebenaran”. Kitab Suci berisi tentang “siapakah Yesus” daripada membicarakan kelahirannya kapan. Gereja yang satu merayakan kelahiran sang Putra pada tanggal yang sama.